Kamu adalah apa yang selalu aku tunggu. Kabar darimu yang selalu aku
cari, sesibuk apapun diriku. Kamu adalah pengendali perasaan ini.
Seperti ada sesuatu yang tiba-tiba menarik bibirku menjadi mengembang
ketika aku tiba-tiba teringat tentangmu. Selang beberapa detik, tetesan
air mata tumpah bak hujan deras diluar sana.
Kamu hebat. Aku yang melepaskan, malah aku yang kehilangan. Kalau
tidak aku lepaskan, sakitnya bertambah menjadi berkali-kali lipat
rasanya. Sungguh.
Mencintaimu terasa abu-abu ketika ada perempuan lain yang berusaha
kamu dekati. Entah kamu yang ganjen atau perempuan itu yang gatel.
Padahal perempuan itu tau kalau kamu milikku dan aku milikmu, saat itu.
Berbulan-bulan ku percayakan semuanya kepadamu. Aku mempercayaimu,
iya. Sangat mempercayai laki-laki yang tega melepas wanita yang
menemaninya selama berbulan-bulan lamanya.
Apakah aku harus menceritakan semua pengorbanan yang aku lakukan
untukmu, disini? Dan setelah itu berharap kamu menyesal membiarkanku
pergi? Tidak. Biarkan sepinya malam dan hujan yang mengalir di pelupuk
mata yang mengerti betapa rapuhnya diriku, saat itu.
Saat itu, aku benar-benar tak mengerti apa yang terjadi denganmu,
dengan hatimu. Adakah yang salah dariku? Kalaupun ada seharusnya kamu
bilang, agar aku memperbaikinya, sehingga kamu tidak perlu mencari
perempuan yang lebih dari aku. Semoga saja lebih dariku, agar kamu tak
menyesalinya dikemudian hari.
Adakah yang salah dengan hubungan kita? Ada?! Coba jelaskan padaku,
agar aku ikhlas jika memang apa yang sudah kita bangun selama ini tidak
pantas untuk di perbaiki atau dilanjutkan, sehingga kamu memilih
berhenti menemaniku dalam hari-harimu.
"Kamu lebih memilih perempuan yang baru kamu kenal dari pada aku
yang sudah lama bersama-sama bersamamu. Aku ikhlas. Aku ikhlas. Aku
tidak akan mencari-cari tentangmu lagi. Aku akan merelakan semuanya. Aku
akan hidup seperti biasanya sebelum mengenal kamu. Aku kuat. Aku,
aku....". Lihat, seberapa kuat aku meyakinkan diriku kalau aku tidak
apa-apa tanpa kamu. Nyatanya, semakin aku menguatkan diriku, meyakinkan
diriku kalau aku bisa berjalan tanpamu, pada kenyataannya aku semakin
melemah. Harus ku akui itu. Rasa sakitnya masih membekas sampai saat
ini.
Kamu lihat kan, seberapa besar usahaku untuk menghilangkan namamu
dalam ingatanku, sangat besar. Karena aku mencintaimu sangat dalam.
Begitu juga sebaliknya, kamu mengecewakan hatiku teramat dalam. Itu
resikoku.
Aku tak pernah bermain-main dengan hubungan kita. Tapi kalau kamu
hanya ingin bermain-main, aku bersyukur kepada tuhan yang telah
memperlihatkan siapa orang yang aku banggakan, saat itu dan mungkin juga
sampai saat ini.
Kalaupun dalam hari-hariku masih ada bayang-bayangmu, tak apa. Aku
tidak akan memaksa diriku untuk cepat-cepat menghilangkan seseorang yg
dulu pernah menemaniku dalam hari-hari beratku. Tak apa jika dalam
setiap menit, hatiku terasa nyeri ketika teman-temanku menyebut namamu
sebagai bahan bercandaan mereka.
Aku akan menikmati setiap proses perjalananku sampai aku benar-benar mengikhlaskanmu bersama dengannya.
Aku akan tetap berjalan sampai tujuan.
Terimakasih telah membiarkan hatimu memilihku, saat itu.
EO <3
Galau bgt nii
BalasHapustitipan temen itu gab :') hehe
BalasHapusI believe that is one of the most vital info for me.
BalasHapusAnd i am satisfied reading your article. But want to remark on few common issues, The website taste is ideal, the articles is truly excellent :
D. Just right activity, cheers