Selasa, 27 Januari 2015

Saat itu.. Sebelum negara api menyerang (part 2).

"Cerita ini masih menyangkut tentangmu. Laki-laki yg tega berpaling dari wanita yang mempercayainya"

Kalau sampai saat ini tulisanku masih bertema tentangmu, itu berarti hatiku masih milikmu. Kalau hatiku masih menjadi milikmu, otak dan pikiranku masih tertuju padamu. Meskipun kamu tau semua itu, aku dan kamu tidak mungkin menjadi kita (lagi). Karena apa? Karena kamu-tidak-akan-pernah-meninggalkan-dia-yang-merebut-kamu-dari-aku.

"Kata orang, kalau mau cari yang baru, tinggalin hati yang lama pada tempatnya terlebih dahulu. Itu artinya kamu harus ikhlas, merelakan apa yang seharusnya terjadi, tetap berjalan sesuai tujuan. Tapi apakah semudah itu? Tentu saja tidak."
Butuh perjuangan lebih untuk mendapatkan sesuatu yang baik atau bahkan yang terbaik.
Aku harus bisa menghilangkan namamu dari hatiku, aku harus menetralkan hatiku agar siapapun yang ingin menjadi penggantimu, mudah menghuni hatiku.

Rasanya seperti baru pertama kali patah hati. Rasanya hanya aku yang paling sakit merasakan patah hati. Rasanya aku tidak ingin menjatuhkan hatiku pada siapapun agar aku tak merasakan (lagi) rasanya di khianati seperti ini.
Entah apa yang membuatku sulit melepaskan bayang-bayangmu. Mungkin karena kita satu sekolah dan sering bertemu. Atau, teman-temanku yang masih sering membahas pengkhianatan yang dulu kamu lakukan. Atau mungkin karena aku masih mencintaimu dengan sangat keterlaluan.

Aku masih seperti ini. Masih sering berharap kamu menelfonku malam-malam.
Mengucapkan "good night sayang, mimpi indah yaa. I love you so much" atau hanya sekedar bercerita tentang kejadian seharian ini.
Jujur saja, aku rindu di bonceng kamu naik vespa ke sayanganmu. Keliling kota sembari melepas penat atau hanya sekedar bersenang-senang.
Hey! Aku rindu dengan hal-hal kecil yang mungkin kata orang itu hal yang tidak berguna. Tapi apapun itu, asal dari kamu, semua itu selalu berharga untukku.

Ah kamu, begitu banyak kenangan yang terukir sampai aku susah berpaling darimu.
Begitu banyak cerita yang kita lewatkan hingga aku benar-benar tak bisa melepas apa yang seharusnya di lepaskan, hatiku untukmu.


I will continue to love you. until I forgot that I was loved, my past. VDE


EO<3

Selasa, 06 Januari 2015

Saat itu, Sebelum negara api menyerang.

Kamu adalah apa yang selalu aku tunggu. Kabar darimu yang selalu aku cari, sesibuk apapun diriku. Kamu adalah pengendali perasaan ini. Seperti ada sesuatu yang tiba-tiba menarik bibirku menjadi mengembang ketika aku tiba-tiba teringat tentangmu. Selang beberapa detik, tetesan air mata tumpah bak hujan deras diluar sana.
Kamu hebat. Aku yang melepaskan, malah aku yang kehilangan. Kalau tidak aku lepaskan, sakitnya bertambah menjadi berkali-kali lipat rasanya. Sungguh.

Mencintaimu terasa abu-abu ketika ada perempuan lain yang berusaha kamu dekati. Entah kamu yang ganjen atau perempuan itu yang gatel. Padahal perempuan itu tau kalau kamu milikku dan aku milikmu, saat itu.
Berbulan-bulan ku percayakan semuanya kepadamu. Aku mempercayaimu, iya. Sangat mempercayai laki-laki yang tega melepas wanita yang menemaninya selama berbulan-bulan lamanya.
Apakah aku harus menceritakan semua pengorbanan yang aku lakukan untukmu, disini? Dan setelah itu berharap kamu menyesal membiarkanku pergi? Tidak. Biarkan sepinya malam dan hujan yang mengalir di pelupuk mata yang mengerti betapa rapuhnya diriku, saat itu.

Saat itu, aku benar-benar tak mengerti apa yang terjadi denganmu, dengan hatimu. Adakah yang salah dariku? Kalaupun ada seharusnya kamu bilang, agar aku memperbaikinya, sehingga kamu tidak perlu mencari perempuan yang lebih dari aku. Semoga saja lebih dariku, agar kamu tak menyesalinya dikemudian hari.
Adakah yang salah dengan hubungan kita? Ada?! Coba jelaskan padaku, agar aku ikhlas jika memang apa yang sudah kita bangun selama ini tidak pantas untuk di perbaiki atau dilanjutkan, sehingga kamu memilih berhenti menemaniku dalam hari-harimu.

"Kamu lebih memilih perempuan yang baru kamu kenal dari pada aku yang sudah lama bersama-sama bersamamu. Aku ikhlas. Aku ikhlas. Aku tidak akan mencari-cari tentangmu lagi. Aku akan merelakan semuanya. Aku akan hidup seperti biasanya sebelum mengenal kamu. Aku kuat. Aku, aku....". Lihat, seberapa kuat aku meyakinkan diriku kalau aku tidak apa-apa tanpa kamu. Nyatanya, semakin aku menguatkan diriku, meyakinkan diriku kalau aku bisa berjalan tanpamu, pada kenyataannya aku semakin melemah. Harus ku akui itu. Rasa sakitnya masih membekas sampai saat ini.
Kamu lihat kan, seberapa besar usahaku untuk menghilangkan namamu dalam ingatanku, sangat besar. Karena aku mencintaimu sangat dalam. Begitu juga sebaliknya, kamu mengecewakan hatiku teramat dalam. Itu resikoku.
Aku tak pernah bermain-main dengan hubungan kita. Tapi kalau kamu hanya ingin bermain-main, aku bersyukur kepada tuhan yang telah memperlihatkan siapa orang yang aku banggakan, saat itu dan mungkin juga sampai saat ini.

Kalaupun dalam hari-hariku masih ada bayang-bayangmu, tak apa. Aku tidak akan memaksa diriku untuk cepat-cepat menghilangkan seseorang yg dulu pernah menemaniku dalam hari-hari beratku. Tak apa jika dalam setiap menit, hatiku terasa nyeri ketika teman-temanku menyebut namamu sebagai bahan bercandaan mereka.
Aku akan menikmati setiap proses perjalananku sampai aku benar-benar mengikhlaskanmu bersama dengannya.
Aku akan tetap berjalan sampai tujuan.
Terimakasih telah membiarkan hatimu memilihku, saat itu.

EO <3